(INI THREAD SERIUS) Ketika Dokter "Abal Abal" Memvonis Penyakit Seenak Jidatnya kandang.naga-8299945 |
---|
Banyak orang bilang katanya jadi dokter itu gak gampang.....Mesti pinter (kadang pinternya pake banget kadang juga enggak).
Katanya juga mau jadi dokter itu harus kaya, karena butuh biaya besar selama pendidikannya (apalagi yang lewat jalur belakang). Bagi mahasiswa/i yang dapet beasiswa soal biaya mungkin gak terlalu masalah asal otaknya memang bener bener encer.
Anggaplah itu sebagai basa basi pembuka untuk point penting selanjutnya.........Seperti yang akan gua bahas di bawah ini :
Quote:Penting untuk diingat! "Ketika dokter "Abal Abal" Memvonis Pasien Seenak Jidatnya" adalah judul thread yang sengaja gua tulis dalam keadaan sadar, sebagai penguat dari beberapa artikel yg sebelumnya sudah ada dan banyak beredar di internet. Supaya KASKUSer di sini juga tau......
Tau bahwa gak semua dokter itu otaknya encer, bahwa gak semua dokter itu professional, dan gak semua dokter itu mengerti dan menguasai ilmu kedokteran yang mungkin dulu pernah diajarkan kepadanya.........
Salah satunya seperti kasus yang diduga salah diagnosa yang terjadi pada anak kesayangan gua :
Pada pertengahan bulan Agustus 2016, kemarin. Setelah sibuk dengan berbagai macam kegiatan di sekolahnya, sudah semingguan anak gua yang berusia 7 tahun terlihat rada kurang bersemangat (lemah, letih, lesu, kurang nafsu makan, pipisnya tersendat sendat dan sakit).
Akhirnya pada hari Minggu, tanggal 21 Agustus 2016, anak gua pun dibawa ke salah satu klinik yg lokasinya tidak jauh dari rumah gua......
Di klinik itu ada tiga orang dokter umum yang biasa melakukan praktek. Yang pertama adalah seorang dokter (paling senior) bernama dokter W****ni, kemudian ada lagi dua orang dokter pengganti.
Sesampainya disana kebetulan saat itu gua ketemu sama dokter pengganti bernama dr. ***a, Lalu gua sampaikan keluhan anak gua ke dokter tersebut. Bla bla bla bla bla bla.........
Kata dokter, anak gua hanya kecapean dan ada sedikit infeksi kandung kemih, kemudian diberi obat antibiotik dan obat demam. Lalu gua pulang dengan harapan semoga lekas sembuh......
Dan besoknya pada hari Senin, tanggal 22 Agustus, ternyata kondisi anak gua belum begitu stabil atau normal (terutama pipisnya juga relatif masih terasa sakit).
Lalu dibawa lagi oleh ibunya ke klinik tersebut untuk kontrol yg kedua kali. Sesampainya di klinik tersebut istri gua ketemu dengan dokter senior bernama W****ni (bukan dokter ***a lagi).
Setelah konsul yang kedua kali dan Bla bla bla........Kemudian dokter W****ni menyuruh anak gua untuk melakukan tes darah di lab klinik miliknya dengan hasil sbb :
Spoiler for :
Dan setelah itu seorang dokter yang katanya sudah berpengalaman dengan jumlah pasien yang banyak banget (pantesan tajir) langsung memvonis bahwa anak gua positif terkena TBC (bahasa halusnya TB, KP, atau Flek Paru).
Muke gile bray........
Quote:Lu Bayangin Bray...Bayangin!
Hanya dengan modal hasil tes darah yang menurut gua kurang lengkap, tanpa melakukan serangkaian pengujian lainnya seperti TES MANTOUX, FOTO TORAX, dan UJI LABORATORIUM LAINNYA SECARA KOMPREHENSIF, seorang dokter bisa dengan mudah, dan terburu buru memvonis anak gua terkena penyakit TBC.
Dan anak gua pun "dipaksa" (dalam tanda kutip) untuk terapi selama 6 bulan. Bisa di bayangin bray.....Anak kecil umur 7 tahun harus minum obat yang jumlahnya banyak banget selama 6 bulan tanpa putus. Bayangin!
Iya kalo bener anak gua kena TBC, KP, FLek Paru, Kelenjar, atau apalah namanya.........Lah kalo salah diagnosa gimana coba?
Dan setelah semingguan anak gua minum obat TBC yg diberikan oleh dokter tersebut, entah kenapa perasaan gua jadi gak enak dan gua punya firasat bahwa ini rada gak beres...............Jreng jreng jreeeeng akhirnya dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang gua miliki, gua bawa anak gua ke Rumah Sakit besar di Serang Banten.
Quote:
LANGKAH LANGKAH DAN PROSES SELAMA DI RSUD PROVINSI BANTEN
1. Pertama gua bawa anak gua ke bagian poli anak, dan bertemulah gua dengan seorang dokter spesialis anak yang masih muda, cantik, baik, dan komunikatif. Bernama dr. Ihat Sugianti, Sp.a
Di ruangannya gua ceritain semua yang terjadi mulai dari A sampai Z. Gua bilang sama dokternya "Dok saya ingin anak saya dilakukan UJI TUBERKULIN (Tes Mantoux), lalu TES DARAH LENGKAP DI LABORATORIUM, kemudian jika perlu lakukan juga FOTO RONTGEN (Torax)."
Dan dokter spesialis pun menjawab"Iya saya faham, sementara di stop dulu dan buang semua obat TBC (OAT) yang diberikan oleh dokter kemarin, yuuk kita lakukan itu!"
2. Akhirnya anak gua pun di tes mantoux, kemudian diperiksa lagi darah dan urinenya di laboratorium secara lengkap.
3. Setelah semuanya selesai, kami balik ke rumah sambil menunggu hasil tes mantoux dan darah/urine
Tiga hari kemudian, gua dan anak gua berangkat lagi ke RSUD Banten untuk melihat semua hasil uji dan tes laboratorium. Maka bertemulah gua dengan dokter spesialis anak yang lain (yang ini juga cantik bray, masih muda banget dan wajahnya unyu unyu bikin gemes).
DAN HASILNYA ADALAH :
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan ulang di laboratorium dan Tes mantoux, plus pemeriksaan fisik dan wawancara, Dokter spesialis anak yang bernama Cherie Nurul Faried Lubis, M. Ked, Sp.a mengatakan dengan keyakinan yang tegas bahwa anak gua dinyatakan negatif TBC. Anak gua sehat bray, sehaaaaaaaaaat........!!!!!!!!
Dua orang dokter spesialis anak menyatakan bahwa anak gua tidak terkontaminasi oleh bakteri TBC. Alhamdulillah seneng banget gua dengernya bray....................
Quote: Begitulah ceritanya, lalu hikmah apa dibalik ini semua?
Intinya adalah :
1. Bahwa dari beberapa kasus yang pernah gua denger ternyata masih banyak dokter "Asbun" terutama di daerah terpencil yang dengan mudahnya memvonis TBC/TB/KP/Kelenjar kepada seseorang terutama anak anak.
2. Untuk menyatakan bahwa anak kecil memiliki dan atau berpotensi positif terkena TBC tidak bisa sembarangan.
Gejala TBC pada anak kecil sangat berbeda dengan orang dewasa (agak sulit untuk menegakan diagnosa pada anak). Karena tidak memiliki gejala yg khas sebagaimana orang dewasa.
Setidaknya harus melakukan beberapa tahapan pengujian laboratorium seperti Anamnesa, uji darah lengkap, tes mantoux, foto rontgen, dan pemeriksaan fisik anak. Atau biasa disebut dengan metode "Sistem Scoring".
3. Jadilah orangtua yang kritis dan berpengetahuan agar kita tahu apa dan bagaimana yang harus kita lakukan terhadap anak anak kita dengan cara yang benar.
4. Jangan langsung percaya pada salah satu dokter saja, lakukan dan cari "second opinion" kepada dokter yang lain agar mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan benar
Quote:Beberapa foto dan gambar diambil dan diolah dari berbagai macam sumber di internet. Dan dipergunakan sebatas untuk informasi belaka.
Quote: BEBERAPA TESTIMONI DAN KOMENTAR KAKSUSER :
Spoiler for Open:
Quote: PENTING COBA BACA ARTIKEL INI :
Waspadai Bukan Tbc, diobati Tbc
ANAKKU KURUS DAN SULIT MAKAN, TERLANJUR DIOBATI TBC PADAHAL SEHAT
Source: http://kask.us/iixkW |
---|