1001 Inventions: Peradaban Islam di Abad Kegelapan Eropa |
indonesiapokoke UserID: 6688692 |
---|---|
Saya akan memberi prolog sedikit mengenai peradaban Islam yang sudah beberapa tahun ini diangkat oleh komunitas pengetahuan di Inggris. Salim Al Hassani dan rekan-rekannya menerbitkan buku 1001 Inventions dalam bahasa Inggris dan Arab, meskipun sekarang edisi bahasa Arab sudah tidak ada lagi setelah beredar hanya beberapa tahun. Sejak edisi ketiga, hak cipta buku tersebut dibeli oleh National Geographic. Buku ini mendapat sambutan hangat di Inggris dan tahun 2012 sudah memasuki edisi keempat Karena ketertarikan publik, diadakan pameran di London, Istanbul, Los Angeles, Abu Dhabi, dan bahkan Malaysia. Saya ambilkan cuplikan menarik dari isi buku 1001 Inventions:
DOWNLOAD LINK
1001 Inventions Dan ini adalah companion videonya yang ini dengan caption Bahasa Indonesia (terima kasih kepada yang udah susah-susah bikin ) Oya, buku edisi ketiga terbitan National Geographic kadang bisa dibeli di Periplus bandara Soekarno Hatta, tapi sepertinya mereka jarang nge-stok, kalaupun ada, jumlahnya sedikit. Ini adalah link buku edisi ketiga. Silakan klik "look inside" di gambar buku sebelah kiri atas untuk mengintip isinya. Lumayan, kok, worthed as collectible item mengingat harganya sekitar 200rb-an, for a lifetime Sekian dulu, nanti dilanjut lagi. |
1001 Inventions: Peradaban Emas Islam di Abad Kegelapan Eropa |
Sumber dari Wikipedia dan Quotes dari Buku |
#Post 2 |
Wikipedia: Daftar penemuan era Islam abad pertengahan yang antara lain adalah:
QUOTE 1 "Selain terdapat banyak kesalahpahaman di Barat mengenai lingkungan Islam, terdapat juga banyak ketidaktahuan mengenai berhutangnya kebudayaan dan peradaban kita atas dunia Islami. Adalah kegagalan, yang menjadi bibit, menurut saya, dari pengekang, yang sudah kita warisi. Dunia Islam abad pertengahan, dari Asia Tengah hingga pesisir Atlantic, merupakan dunia tempat cendekiawan dan orang-orang yang belajar menjadi berkembang. Tetapi karena kita cenderung untuk melihat Islam sebagai musuh Barat, sebagai budaya asing, masyarakat, dan sebagai sistem iman, kita selalu cenderung mengabaikan atau menghapus relevansi besarnya terhadap sejarah kita sendiri." His Royal Highness Prince Charles, Oxford University Speech 1993 QUOTE 2 Pernah ada sebuah peradaban yang terbesar di dunia. Peradaban ini bisa membuat super-negara benua yang membentang dari laut ke laut, dan dari daerah dengan iklim utara ke daerah tropis dan ke gurun. Dalam kekuasaannya hidup ratusan juta orang, dari kepercayaan dan asal-usul etnis yang berbeda. Salah satu bahasanya menjadi bahasa universal sebagian besar dunia, menjembatani rakyat ratusan suku bangsa. Tentaranya terdiri dari orang-orang dari berbagai negara, perlindungan militernya memungkinkan gelar perdamaian dan kemakmuran yang belum pernah dikenal. Jangkauan perdagangan peradaban ini menjangkau Amerika Latin hingga Tiongkok, dan di mana pun di antara keduanya. Dan peradaban ini didorong melebihi pencapaian apa pun, dengan penemuan. Para arsiteknya mendesain bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Ahli matematikanya menciptakan aljabar dan algoritma yang akan memungkinkan pembangunan komputer, dan penciptaan enkripsi. Para dokternya memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Astronomnya melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Para sastrawannya menciptakan ribuan kisah. Cerita keberanian, roman dan keajaiban. Penyairnya menulis tentang cinta, ketika orang lain sebelum mereka yang terlalu mendalami rasa takut untuk memikirkan hal-hal tersebut. Ketika negeri lain takut akan gagasan, peradaban ini berkembang pesat dan membuat mereka hidup. Ketika sensor mengancam menghapus pengetahuan dari peradaban masa lalu, peradaban ini terus melaju menjaga pengetahuannya, dan memberikannya kepada yang lain. Sementara peradaban Barat modern banyak mewarisi sifat-sifat ini, peradaban yang sedang saya bicarakan adalah dunia Islam dari tahun 800 hingga 1600, yang termasuk Kekaisaran Ottoman, Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa tercerahkan seperti Suleiman the Magnificent . Meskipun kita sering tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban lain ini, hadiahnya sangat banyak yang menjadi bagian dari warisan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab. Sufi penyair-filsuf seperti Rumi menantang pengertian kita tentang diri dan kebenaran . Pemimpin seperti Suleiman memberikan kontribusi terhadap pengertian kita tentang toleransi dan kepemimpinan sipil. Carly Fiorina, Hewlett Packard CEO, Meeting of HP worldwide manager, 26 Sep 2001 Kata-kata dari Carly Fiorina ini masih bisa dilihat di web site HP sini Even if you hate this religion or its follower, learn it as part of our great history. |
|
Penemuan-penemuan (inventions) dan tokoh yang dibahas |
#Post 3 |
Al Jazari (1136-1206) Al Khawarizmi (780-850) (untuk para IT geek: algorithm stem from Algoritmi) Abbas Ibn Firnas (810-887) Miriam Al Astrulabi Ibn Al Haitham Zheng He (1371–1433) (belum selesai, istirahat dulu ) |
|
Sebagian dari timeline |
#Post 4 |
Quote:Original Posted By indonesiapokoke ► Before Columbus: Erdogan says Muslims 'discovered America,' eyes mosque in Cuba Published time: November 15, 2014 18:29 Edited time: November 17, 2014 11:00 Get short URL Ortakoy Mosque in Istanbul - the prototype for the Havana mosque. (Reuters / Fatih Saribas) 9.7K Turkish President Tayyip Erdogan says the Muslim faith was “widespread” in America before the arrival of Columbus in the 15th century, and insists that a massive mosque should be erected in Havana, despite the city's refusal to grant a building permit. "The religion of Islam was widespread before Columbus," the longtime Turkish leader told the audience at the first ever Latin American Muslim leaders summit in Istanbul, as cited by Hurriyet Daily News. "Muslim sailors had arrived in the shores of America in 1178. In his diaries, Christopher Columbus referred to the presence of a mosque on top of a mountain in Cuba." Turkey's President Recep Tayyip Erdogan.(Reuters / Ints Kalnins) The claim comes from a 1996 paper from Youssef Mroueh of the As-Sunnah Foundation of America. "Columbus admitted in his papers that on Monday, October 21, 1492 CE while his ship was sailing near Gibara on the north-east coast of Cuba, he saw a mosque on top of a beautiful mountain," it alleges. The veracity of this statement has been comprehensively disproved in the past. The actual quote comes from a log of Columbus' first journey in 1492, as recorded decades later by colonization historian Bartholome de Casas, but it was made on October 29 – likely near a different part of Cuba than claimed by Mroueh. Most importantly, it explicitly does not imply that Christopher Columbus saw an actual mosque – only a hill that looked like a minaret. “Remarking on the position of the river and port, to which he gave the name of San Salvador, he describes its mountains as lofty and beautiful, like the Pena de las Enamoradas, and one of them has another little hill on its summit, like a graceful mosque,” reads the entry from the de Casas chronicle. Even if this claim is easily debunked, it is part of a growing volume of Muslim scholarship that seeks to prove that Islam pre-dated Christianity in the New World, using circumstantial evidence. This idea itself has gained traction in swathes of the Islamic world. Among the usual pieces of proof that form the backbone of the argument is a 1980 paper by Harvard academic Barry Fell, who claimed that some of the ancient engravings in the Americas resembled Muslim fonts. Photo: Barry Fell, Saga America There are also references to various trans-Atlantic journeys by Muslims made as far back as the 11th century, of explorers bringing back hoards of gold, using the relatively sophisticated navigational equipment possessed by the Islamic world at the time. Alternative theories additionally propose that common Indian proper names were bastardizations of Islamic terms. For example, they claim that 'Seminole' is actually the Turkish 'Sami nal' or 'Semites who ran away,' while 'Shawnee,' another tribe name, is derivative of 'sah ne' which means the 'Great Shah.' No actual archaeological links – be it buildings or artifacts – suggesting contact between the Muslim world and that of pre-Colombian Indians have been unearthed. Cuban Muslims listen to verses from the Koran after their Iftar (fast-breaking) meal during the Islamic holy month of Ramadan in Havana.(Reuters / Desmond Boylan) 'Rebuilding' the Havana mosque But Erdogan believes the “re-popularization” of Islamic culture can begin anew, starting with a new mosque back in Cuba. “Now I will speak to my Cuban brother [the country’s delegate at the forum]. A mosque will suit well on top of that mountain today, too. Their permission is enough,” said Erdogan. The newly-elected Turkish president has contrasted the impact of Islam and Christianity on newly-converted territories. "Converting people by force, by the sword, has never been a part of Islam. Our religion has never been a tool of exploitation," said 60-year-old Erdogan, who was prime minister from 2003, until moving into his new post in August. In contrast, Erdogan said that European Christians “colonialized America for its gold and Africa for its diamonds, now do it in the Middle East for its oil with the same dirty plot." Islamic leaders used 'futuhad' – religiously-motivated military campaigns – to rapidly spread the religion through the Middle East and North Africa within a century of the death of the Prophet Muhammad in 632 AD. Muslim rulers also forcibly converted millions of locals in Spain and Eastern Europe, in the centuries after. Currently, ISIS, Boko Haram, and other militias around the world, say they are following the teachings of the Koran, by establishing new Muslim territories with jihad. Problematically, a plan by a Turkish company to construct a 3,500-place mosque for Cuba’s estimated Muslim converts – who number up to 9,000 according to five-year-old Pew Research data – has stalled, in what is officially an atheist state. The project, modeled on the Ortaköy Mosque in Istanbul, was touted in April, following an official visit by Turkish officials – with a sign in Arabic appearing on the proposed site in Havana. But in October, Lazo Torres, head of the local Muslim community, said that no permit has been given for the building, prompting reports that the project was rejected by the authorities, which have themselves not commented. Recently, Torres has clarified his statements, saying that the future of the project – which he says will serve the entire community, not just Muslims – remains undecided. |
|
Komeng dan reply :) |
#Post 5 |
Quote:Original Posted By Lodewijkus ► "Titik awalnya adalah Muhammad sebagai nabi mengenalkan kecintaan kepada ilmu.." tanpa merendahkan islam atau mau offend, tapi tidak ada hubungan nya antara nabi muhamad SAW dengan islam golden age. "islam golden age" itu memang terjadi karna persian, atau kwharezmean shah yg waktu itu peradaban nya maju yg hanya bisa di setarakan sama china selama 7th-14th century. (karna saat itu eropa hancur lebur sama kaum germanic dkk , banyak juga pemikiran yunani yg notabene adalah barat di terima oleh timur dan memperkaya perpustakaan persia yg saat itu adalah perpustakaan luar biasa besarny) jadi menurut saya agak berlebihan jika smua pencapian dari kawasan timur tengah di asosiasikan dengan islam. memang banyak dari mereka yg adalah islam taat dan sangat mencintai rasulallah tapi tidak ada hubungan nya antara keislamaan mereka dengan pengembangan itu semua. jika di paksa"kan mengasosiasikan islam dengan segala pengembangan ilmu itu semua maka bisa dikatakan banyak pengembangan dan penemuan kristen selama berabad" di exklusivkan milik para kristen dan karna agama kristen juga karna penemunya yg kristen. termasuk internet ini. demikian juga dengan penemuan lain yg berasal dari asia timur, seperti yg terkenal : mesiu, mesin cetak manual, dsb bisa dibilang karna para biksu atau karna budha jadi penemuan itu smua karna agama budha. thread nya bagus tapi deviasi bisa bikin yg baca jadi berpikir sempit dan.....agak konyol Saya tidak ingin mendebat agan dan hanya ingin mengungkapkan apa yang terjadi di era itu: Pada sekitaran abad pertengahan, di belahan bumi timur terjadi penyatuan yang luar biasa dari negara-negara yang tadinya punya kebudayaan berbeda, bahkan antara Persia, Mongol, India, dan Tiongkok. Saya akan menggunakan "islam", dalam tanda kutip, untuk menyebut masyarakatnya, bukan agama dalam kalimat-kalimat saya di bawah. Semua saya lengkapi link ke site terkait yang bisa di-klik langsung. Kebesaran Mongol membuat semua peradaban porak poranda, dari Tiongkok, Persia, bahkan meluas sampai Rusia. "penyatuan" ini secara tidak sengaja membawa peradaban "islam" meluas ketika pemimpin-pemimpin mongol berkonversi ke islam. Ketika maharaja Mongol tidak lagi berkuasa, keturunannya sudah menyebabkan munculnya etnis Turki, Tartar, dan para Mughal (Moghul, alias mongol) yang membawa nama Khan di Asia Tengah dan India. Memang tidak semua penemuan di era "Islam" ini baru, tetapi merupakan hasil penyerapan dari peradaban-peradaban lainnya, seperti misalnya, cara pembuatan kertas, dalam buku ini disebut didapatkan dari tawanan Tionghoa. Ilmu alkimia dan astronomi juga meneruskan dari peradaban Yunani. Mereka mengubah nama-nama elemen dan nama-nama bintang sesuai bahasa Arab, dan kalau agan ambil jurusan Astronomi, akan sangat banyak ketemu gugusan bintang bernama bahasa Arab. Kenapa saya berpendapat bahwa nabi Muhammad adalah pemicu pergerakan ini, karena pada saat itu buku-buku utama untuk cendekiawan seperti Muqaddimah dan Ihya Ulumuddin mendorong orang belajar dengan landasan agama Islam. Meskipun saya yakin mereka juga belum tentu rajin solat kalo itu yang agan sebut Islam. Demikian gan, mohon maaf sekiranya ada kurang, tapi tidak ada salahnya kita pelajari sejarah secara lengkap. Seperti saya bilang, even if you hate that religion, just learn it as part of our history. Jasmerah Memang tidak tepat kalau kita sebut ini sebagai peradaban "Islam", lebih tepat peradaban "Timur" yang kebetulan dikatalis oleh Islam dan kebetulan peradabannya sekarang sudah diboyong ke "Barat". BTW, ngomongin tentang Timur, baca juga tentang si Timur, gan Quote:Original Posted By kampaa ► .... Mengenai mengapa IGA tidak berlanjut, setuju juga, dan nampaknya akan jadi panjang dan OOT kalau membahas kenapa Ottoman (sebagai "pewaris" Khilafah) tidak dapat meneruskan IGA. Pertanyaannya seperti yang di bold, "kenapa Ottoman stagnan?", "Apa yang terjadi dan kebijakan apa yang salah sehingga mengakibatkan hal tersebut?". Super OOT. Tapi kayanya masa2 itu abad 15 - 17 Ottoman masih jaya deh, masih berekspansi ke mana2. IMO, mulai stagnan / mundur setelah / sekitar masa Battle of Vienna (akhir ekspansi ke Eropa Barat) dan mulai perang dengan Russia. .... Sepengetahuan saya, Ottoman masih berjaya di awal abad 19, gan. Mereka masih membangun benteng perlindungan Makkah waktu Makkah masih di bawah protektorat mereka. Memang abad ke 15-16 adalah puncak kejayaan mereka, dan sampai-sampai mereka berhubungan baik dengan kesultanan Banten (bhs Inggris: Bantam) yang disegani Inggris dengan bukti Meriam Ki Amuk, yang lucunya oleh pemerintah Banten disebut sebagai rampasan dari Portugis, padahal meriam itu bertulisan Arab karena bantuan dari Turki. "Jejak pertama meriam yang juga di namai Ki Amuk terdapat di satu peta kota Banten yang di buat sebelum pertengahan abad ke-17 dan sekarang tersimpan di Perpustakaan Castello di Firenze, Italia.
Mengenai IGA tidak berlanjut, menurut saya, saya milih penjelasan simpel saja, everything has an end. Setiap peradaban di muka bumi selalu musnah lebih cepat daripada dia dibangun. Kalau kita cermati nasib sisa-sisa peradaban-peradaban besar dunia seperti Angkor Wat, Petra, Piramida Giza, Gunung Padang, dll, dunia ini pernah menjadi rumah berbagai peradaban yang relatif terisolasi, sampai akhirnya Timur "disatukan" IGA.Pada peta tersebut tercatat meriam besar “t’Desperant”, yang oleh K.C Crucq di anggap sebagai terjemahan dari “Ki Amuk.” Pada mulut meriam itu terdapat gambar bintang berujung delapan, yang kadang-kadang di namakan “ Mentari Mojopahit” yang juga terdapat di atas nisan-nisan Troloyo abad ke-14 dan ke-15, dan hal ini menunjukkan asal-usul dan masanya: Jawa Tengah pada pertengahan abad ke-16. Maka meriam Ki Jimat Banten sama dengan Ki Amuk dan di perkirakan tanggalnya adalah 1450 Saka, yakni 1528/9 AD, yang kiranya sesuai dengan tahun pernikahan Hasanuddin serta dengan sebuah candrasengkala yang di baca Crucq dalam formula ‘akibatu ‘l-khoiri yang dapat di terjemahkan ke dalam bahasa Jawa sebagai wekas ing sukha." Quote:Original Posted By samanosuke20 ► ini cuma masalah definisi titik awal itu apa.. ? pioner kah? atau yg mengembangkan...? atau yang menyempurnakan? atau bagaimana... seperti permasalahan definisi penemu, apakah harus dari awal konsep dia yang bikin, atau bisa juga yang pertama sekali menemukan dengan desain tersebut, atau yang menyempurnakan. kalau dikatakan titik awal adalah perkembangan ilmu pengetahuan atas dasar memadukan/menyusun (menjadi lebih konkrit dan terstruktur), maka aku rasa cocok dengan isi trit ini, karena melalui jaman Islam inilah, materi2 dari India, China dan Eropa disinergikan sehingga menjadi konsep yang saling melengkapi dan akhirnya menjadi dasar dari perkembangan Ilmu Pengetahuan secara umum namun kalau dikatakan titik awal ini dari nol, maka tentunya harus dirunut lagi secara lebih spesifik, apa yang dimaksud dengan awal ilmu pengetahuan itu, apakah pada saat manusia pertama kali mengenal aksara tulisan, maka titik awalnya ada pada saat hammurabi codex, misalnya atau pada saat peradaban Sumeria dengan tulisan pakunya, atau maksudnya, pada saat manusia pertama kali mendirikan suatu peradaban, maka bisa jadi peradaban lembah Indus, dlsbnya. nah, kalau titik awal itu hanya proses pengembangan menjadi lebih baik lagi (penyempurna), maka jaman Renaissance lebih tepat mewakilkannya.. hal ini emang akan menjadi kerancuan kalau definisinya berbeda antara satu dengan yang lainnya... seperti, siapakah penemu telpon, ada yang mengatakan Graham Bell, Thomas Edison atau malah Antonio Meucci. oleh sebab itu, dalam kajian2 ilmiah, definisi menjadi penting untuk menyeragamkan perspektif. Quote:Original Posted By kampaa ► Mod. beneran nanya. Dulu ada thread di sini tentang Mu'tazila terus di bilang di era inilah Islamic Golden Age terjadi (dan memang timelinenya pas. http://en.wikipedia.org/wiki/Mu'tazila Dari hasil baca2, saya menarik kesimpulan bahwa memang Mu'tazilah "beraliran" rasional - > cocok dengan lahirnya Islamic Golden Age. Tapi di lain pihak, justru Mu'tazilah di pandang sesat oleh (umat) Islam ..? Kok malah jadi kontradiktif? Apakah bisa di bilang (umat) Islam sendiri yang "membunuh" Islamic Golden Age dengan membuat Mu'tazilah sebagai aliran sesat? (di samping tentunya, penaklukkan Mongol) Quote:Original Posted By samanosuke20 ► Aku coba jawab yah... memang benar Mu'tazilah yang berperan besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan, namun ini kalau menimbang cuma dalam satu sisi saja. Oleh karenanya kita harus membahas dulu yang namanya Ilmu kalam atau filsafat yang membuat Mu'tazilah dikatakan sesat. Aku fokuskan aja ke pembahasan sains, secara umum, ada 3 pahaman yang membuat Sains menjadi cara untuk menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi di dunia, yaitu Rasionalitas, Empirikal dan Skeptisme. Secara singkat, Rasionalitas itu terbagi tiga, yaitu concept thesis, logical thesis dan knowledge thesis, sementara emperikal ada yang namanya absolut, substantive dan partial dan terakhir untuk skeptisisme ada subjective perceive, objective world dan context relation. Nah, dalam rumusan penelitian, tentunya ketiga2 paham ini sekurang2nya harus ada, karena fungsinya sebagai justifikasi, replikasi dan pembeda. OK, aku gak jelasin satu persatu karena panjang, lagian juga tidak pada bahasan kita, yang aku ingin tunjukkan bahwasanya kalau kita bicara sains, maka secara umum kita akan mengakui kesemuanya ini adalah metode untuk mencari 'kebenaran', meskipun dalam praktiknya kita akan lebih condong kepada salah satu pahaman. Kita masukkan aja ke dalam proses penelitian, semisal proses identifikasi antara privasi dengan kepercayaan, tentunya kita mempertimbangkan dan mendesain penelitian kita dengan matang, apa alat ukurnya, cara mengukurnya, dlsbnya. Pertama, secara empiris data2 kita harus terbukti valid dan terpercaya, sebagian data kita ambil (partial), lantas kalau sudah kita menganalisanya secara rasional, misalnya dengan induktif (logical thesis), akhirnya kita dapat hasilnya, meskipun begitu tetap para akademisi harus skeptis, sehingga harus dijustifikasi, misal secara objektif. Sehingga didapat hasil bahwa, Privasi berkorelasi negatif dengan kepercayaan. Akan tetapi, proses penelitian tidak akan berhenti sampai disini saja, akan terus dan terus diteliti (kalau mengambil proses induktif). OK, sampai sini pasti gak ada masalah. Permasalahan yang paling pelik terjadi antara Mu'tazilah dengan Ahlu Sunnah bukan pada kaedah rasionalitas tersebut, karena kalau hanya menggunakan logika deduktif ataupun induktif, maka Mu'tazilah dan Ahlu Sunnah sepaham, yaitu pada Rububiyah Allah ta'ala (pencipta, pengatur dan pemilik) serta Uluhiyah Allah ta'ala (penyembahan dan pujian yang haq hanya kepadanya). Biang masalah ada pada masalah asma' wa sifat Allah ta'ala, ketika sumber mu'tazilah secara empiris serta hasil akhirnya secara skeptisisme sementara Ahlu Sunnah berpegang teguh kepada Al Quran dan Hadith. Singkatnya, standar yang digunakan dalam merujuk yang berbeda (datanya), bukan pada prosesnya. Kenapa bisa sampai Mu'tazilah menyimpang, maka jawabannya adalah... "Bukankah yang paling mengetahui sifat Allah Ta'ala adalah Dia sendiri yang menurunkan wahyu kepada Hambanya Muhammad shalallahu alaihi wasalam?". Sehingga, hasil akhirnya berbeda, seperti pada masalah Al Quran adalah Kalam Allah, maka Mu'tazilah menafikan hal itu, menganggap bahwa Al Qura'an adalah makhluk karena standar yang mereka gunakan adalah sense yang terrefleksikan dalam kehidupan manusia, sementara Ahlu Sunnah tidak menafikan, karena berdasarkan dalil bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, cukup. Dalam masalah sifat2 Allah yang lain seperti istawa' (bersemayam), mereka Mu'tazilah menafikannya, bagaimana mungkin suatu zat yang sempurna berperilaku seperti layaknya manusia, sementara Ahlu Sunnah menjawab dengan kaedah empat, La ta'thil (tidak menolak maknanya), La tahrif (tidak menyimpangkan maknanya), La tamtsil (tidak memisalkan dengan sifat makhluknya) dan La takyif (tidak menanyakan bagaimananya), yang semuanya ini berdasarkan dalil, sehingga didapat kesimpulan, bahwa bersemayam Allah ta'ala adalah benar berdasarkan dalil dan kita tidak mengubah maknanya menjad yang lain, dan bersemayam Allah itu berbeda dengan makhluk serta tidak menanyakan bagaimananya. Secara logika, sesama makhluk hidup saja berbeda kakinya, tangannya, duduknya dlsbnya, apalagi antara makhluk dengan Khaliq. Namun, ekspresi katanya sama. Sementara itu, dari sisi ilmu pengetahuan secara umum, Islam juga memberikan kontribusi yang tidak pernah diberikan peradaban lainnya, seperti Ilmu Hadith yang terdiri dari banyak Ilmu, seperti Ilmu Sanad, Ilmu Rijal, Ilmu Jarh Ta'dil, Ilmu Mutsthalah, dlsbnya, yang tentunya semuanya menggunakan kaedah2 rasionalitas, ada juga Ilmu Fiqih, yang juga menggunakan kaedah2 rasionalitas, begitu juga dengan Ilmu Qira'ah... (mungkin kalau pada tempatnya, insya allah kita bisa bahas bagaimana kaedah2 rasional, empirikal serta skeptisme digunakan dalam ilmu ini) dlsbnya. Jadi konflik Islam dengan Sains yang suka didengung2kan oleh kaum orientalis dan liberalis, terutamanya karena kurang pahamnya mereka mengenai ajaran Islam yang jelas sekali mengajak orang2 yang beriman untuk berpikir, QS Al Baqarah 219, 266, QS Al An'am 50, dlsbnya, terutamanya karena perbedaan itu tadi, 'SUMBER DATA'nya, yang sebenarnya bisa disikapi dengan proses verifikasi dan validasi terlebih dahulu sumbernya (Al Qur'an dan Hadith), untuk membuktikan absolut kebenarannya Al Qur'an ketika menantang manusia dan jin untuk membuat satu surah semisal Al Qur'an, bahkan semua makhluk bergabung sekalipun (QS Al Baqarah 23), yang sampai sekarang tidak pernah ada yang sanggup, (silahkan dicoba, proses skeptisme terus berlanjut hingga hari kiamat) sementara sumber yang digunakan oleh Mu'tazilah tidak pernah dapat diverifikasi kebenarannya, karena toh pada asalnya dalam skeptisme akan tetap diragukan. Jadi kesimpulannya, umat Islam menyesatkan Mu'tazilah ketika dia salah dalam masalah akidah tauhid Asma' wa Sifat, bukan dalam masalah fenomena alam, implementasi teori, dlsbnya. Meskipun secara umum, metode mereka ini tidak salah secara sains, tapi tentunya ada batasan yang dibolehkan sesuai kaedah, karena yang kita bahas bukan sekedar teori tapi realita. Seperti dalam sains, Big Bang masih sekedar teori dan tidak semestinya menjadi suatu realita (Dan teori tetap diterima dalam pembahasan Ilmu Pengetahuan meskipun masih sekedar konsep sekalipun, karena bisa saja menjadi ide yang memungkinkan untuk diuji nantinya). Tentunya sah2 saja, dan gak masalah menurutku namun dalam masalah ketuhanan tentunya kita ingin realitas bukan sekedar teori (cukup dan tidak semestinya). Sehingga harus diperhatikan penerapannya atau implementasinya. Semoga bisa menjelaskan secara mudah, Wallahu 'Alam Quote:Original Posted By samanosuke20 ► .... Kukira elo bisa jelas membedakan masalah definisi dan juga masalah faktor... sebab kita bicara tataran konteks, bukan tataran konsep... Gan, gimana kalau penjelasan panjang dari ane seperti ini (dengan link pendukung, seperti biasa): Monopoli Turki Ottoman atas rempah-rempah, bersama kroni-kroni kesultanannya di Timur membuat jengah bangsa-bangsa di Eropa, dan sebagian elitnya, terutama di daerah yang dekat atau eks jajahan Arab (Portugal, Spanyol, dan Italia) mendanai operasi probing ke Timur (sebut saja: Marco Polo, Vasco da Gama, dan masih banyak lagi). Portugal, Spanyol, dan Italia yang sebelumnya hanya berpikir di sisi lain laut adalah jurang, pada saat itu banyak menyerap ilmu navigasi kelautan dan pembuatan meriam kanon dari Timur karena mereka di bawah jajahan Arab, sama seperti negara kita belajar kereta api dan pesawat waktu dijajah. Para Mughal di India yang kenal baik dengan daerah produksi rempah-rempah di Hindia Timur sudah mulai turun pamornya karena kebiasaan mereka yang luar biasa mewah dan ribut-ribut internal, dan juga aktivitas "persahabatan Islami" Zheng He mendapat perlawanan dari kalangan Mandarin istana karena menghabiskan dana kekaisaran. Dengan dua faktor di sebelah Timur ini ditambah operasi probing dari negara-negara Eropa yang ingin tahu sumber rempah di Timur karena mahalnya rempah yang dijual Ottoman, kesultanan Ottoman menemui kemundurannya, sampai akhirnya mereka mengalami revolusi Kemal Ataturk. Jalur Sutera Karena batasan ukuran posting, saya tidak bisa lagi memberikan sari-sari dari posting yang ada di belakang. Silakan membuka saja halaman-halaman berikutnya. BTW, saya juga mo rekomen buku Sejarah dunia for dummies di bawah ini: |
|
Source: http://www.kaskus.co.id/thread/5355b73d7fcf17ac400002b1/1001-inventions-peradaban-islam-di-abad-kegelapan-eropa | Category: Best Article |
Home
»
1001 Inventions: Peradaban Emas Islam di Abad Kegelapan Eropa
Newer Post