Framing, Jurus Sakti Media Membelokkan Fakta risoles.kroket-8535082 |
---|
Quote:Ada yang belum baca berita hari ini? Aduh.. Nanti ketinggalan berita loh.. Nanti hidupmu serasa ada yang kurang loh ..
Dulu mungkin iya, orang akan malas untuk mengeluarkan ribuan rupiah untuk membaca koran atau tabloid. Tapi sekarang berita datang dengan manisnya ke telapak tangan dan rumah-rumah kita.
Lalu.. Ada yang belum mengkritik sesuatu hari ini? Menjelkkan sesuatu atau malah mengumpat sesuatu? Hem.. mungkin alasannya bukan karena kamu lapar. Tapi mungkin kamu belum baca berita hari ini. Kamu resek kalo lagi laper.. Makan nih berita! (Eh.. yang ada makin resek karena sotoy habis baca berita )
Kebanyakan kita biasanya akan merasa lebih pintar atau lebih mengetahui tentang sesuatu setelah membaca tulisan atau berita dari media.Tapi bagaimana perasaan Agan dan Sista bahwa sebenarnya Agan bukan dipintari oleh tulisan tersebut, namun malah dibodohi? Pastinya marah dong.. Namun kenapa kita tidak marah? Hem.. Mungkin karena kita belum tahu ya kalo si doi ngebohongin kita. Atau kita udah tau doi suka bohong, tapi kita takut menerima kenyataan, bahwa doi selama ini udah ngebohongin kita. #UdahPutusinAja
Tapi kan.. kalaulah benar kebanyakan dari mereka membodohi kita. Pertanyaannya, apakah media dan pers tidak punya kode etik jurnalistik dan bisa dituntut atas pembodohan atau manipulasi publik. Tentu saja tidak, karena mereka tidak menyajikan "kebohongan" atau sesuatu yang dibuat-buat (bukan fakta). Tapi mereka hanya membiaskan dan membelokkan fakta dengan jurus saktinya, yaitu framing alias pembingkaian berita, Sebenarnya masih ada jurus sakti lainnya media untuk memanipiulasi kita, antara lain priming dan agenda setting , dan ketiga jurus sakti ini sebenarnya gak bisa dipisahkan. Namun untuk kali ini kita akan coba mendiskusikan tentang framing saja.
Quote:Quote: Apa Kata Wikipedia.id?
Quote:Secara sederhana, Framing adalah membingkai sebuah peristiwa, atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan pada aspek tertentu. Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis.Hal ini sangat berkaitan dengan pamakaian diksi atau kata, kalimat, gambar atau foto, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Analisis framing digunakan untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lainnya) yang dilakukan oleh media massa. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang berarti realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak. Dalam praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar, sehingga dapat dilihat bahwa masing-masing surat kabar sebenarnya meiliki kebijakan politis tersendiri.
Quote:Quote:Contoh Kasus dan Metode Framing
Quote: 1. Cover Both Side yang Tidak Imbang dan Tepat
Spoiler for Both Side:
Media massa memiliki kode etik jurnaslisrtik, salah satunya cover both side. Artinya, kurang lebih, apabila satu pihak diberi ruang, pihak yang bersebrangan juga harus diberi ruang juga. Tujuannya sih katanya agar berita lebih objektif dan gak subjektif. Tapi kenyataannya ini dipakai media sebagai alat framing dan perisai agar tak bisa dituntut.
Agar berimbang, seharusnya sumber atau narasumber kedua belah pihak berimbang secara kompetensi. Dan dibiarkan memberikan informasi secara proporsional, sampai dinilai berimbang dengan pihak yang bersebrangan. Namun dalam framing, justru sebaliknya.
Contoh Fiktif di Tv: Diskusi Prokontra Isu "Lontong Gudeg Bakwan Tempe" di Indonesia oleh GPSTv.
Kubu pendukung Lontong Gudeg Bakwan Tempe diambil dari penggiat berkompeten dalam hal ini, dengan sejuta pengalaman berperang membela isunya, dengan dengan tampilan khas tokoh masyarakat tertentu agar mempunyai kesan tertentu. Misalnya si penggiat menggunakan peci dan koko. Lalu ia disuruh berdebat dengan lawannya, anggota dewan dari fraksi anu yang dalam hal ini tidak berkompeten dan berpengalaman dalam isu ini, dan kurang lihai dalam berkomunikasi dalam hal ini. Jelaslah dalam hal ini opini dan kubu mana yang ingin dimenangkan GPSTv. Yaitu kubu Lontong Gudeg Bakwan Tahu atau disingkat LoGuBaTu.
Contoh Fiktif di Koran: Redaksi dari kubu yang ingin dijatuhkan dikutip dari komentar-komentar tak penting atau tak nyambung atau blunder yang di bingkai. Sedangkan redaksi komentar dari kubu yang ingin dimenangkan, dibingkai pada bagian yang sangat bagus dan dibuang komentar yang dapat mendapatkan penilaian negatif dari masyarakat.
Note: GPS adalah alat yang digunakan untuk mengetahui lokasi dan arah. Bukan kompas ya!
2. Sesuai fakta, namun diambil dari sudut pandang terntentu.
Spoiler for Point of view:
Contoh Fiktif 1: "Calon Walikota A menang di TPS penjara khusus koruptor." Fakta lain Si A cuman menag tipis satu suara dari Si B di TPS koruptor tidak diberitakan. Dan sebenarnya Si Calon Walikota A juga banyak menang ditempat lain, cuman untuk menciptakan kesan tertentu, maka dibingkailah di TPS tertentu pula.
Contoh Fiktif 2: "Si pasangan suami istri pembuat tahu bulat palsu itu dikenal gemar ke tempat ibadah". Fakta lainnya:
- Banyak pasutri yang rajin ke tempat ibadah namun tetap menjual tahu bulat ori.
- Dan ternyata ada pasutri pembuat tahu bulat palsu lainnya, yang males ibadah, menurut mereka yang penting hatinya bersih.
Namun, yang di frame oleh media cuman kasus pertama. Jadi seolah-olah, ngapain jadi orang yang rajin beribadah kalo jual tahu bulat palsu, yang gak ibadah jual tahu bulat ori lebih baik. Mereka tidak sadar, bahwa ada banyak kasus penjual tahu bulat ori yang gemar pergi ke tempat ibadah. Ya, karena media telah menaruhnya diluar bingkai.
Contoh Fiktif 3: "Kepala kantor yang dikenal tidak pernah terjerat kasus korupsi itu sering pergi ke club malam." No comment dah
Contoh Fiktif 4: "Merokok dari umur 6 tahun sampai 60 tahun. Kakek A belum mati-mati juga." Fakta ini bisa betul, namun fakta lain seperti, si kakek cuman ngudud setahun sakali kalau ada pesta kematian, dan rajin minum susu cap ber-uang tidak diberitakan, namun terpotong oleh jurus sakti framing media.
3. Penggunaan kata sifat bernilai positif atau negatif.
Spoiler for Enak itu relatif:
Alih-alih menggunakan data untuk mendeskripsikan suatu peristiwa atau perilaku seseorang. Melainkan, media lebih senang menilainya menggunakan kata sifat yang indikatornya tidak jelas dan cendrung subjektif dari media atau si wartawan.
Kata sifat yang sering digunakan antara lain: Tegas, Ragu-ragu. Lembek, Jujur, Cepat, Lamban, Jauh, Dekat, dan lain-lain.
Contoh Fiktif:
Daripada menulis," Satpol PP menjalankan tugas untuk menutup warung tertentu, yang melanggar aturan" dimana alurnya sangat panjang dan berbelit. Mulai dari sosialisasi, surat peringatan, dari 1,2,3... itu susu saya.. Eh..
Media lebih memilih headline, "Ibu tua lemah tidak berdaya ini menangis histeris warungnnya ditutup. Satpol PP, bertindak kasar dalam penutupan."
Ada banyak framing yang digunakan dalam hal ini, pertama pemakaian kata sifat kasar, yang sangat relatif. Kedua pembingkaian hanya pada ibu menagis dan tindakan kasar Satpol PP. Padahal fakta sebenarnya alur penutupan ini sangat panjang dan penuh mediasi. Dan framing lain, banyak ibu-ibu penjual lain yang nerima dan patuh terhadap kasus ini, namun yang diberitakan cuman si ibu menagis.
4. Menyeleksi gambar atau menambahkan musik terntentu.
Spoiler for Pilih yang bagus dan paling jelek:
Contoh fikif 1: Masih mengambil contoh kasus fiktif ibu menagis yang digusur. Media memotong gambar, yang ditampilkan hanya ketika Om Satpol PP masukin bakwan, rendang, dan sayur asem ke kantong secara terpisah dan rapih, seakan-akan untuk dibawa pulang. Lalu ibu tak berdaya yang menangis kebingungan berlari. Gambar, dimana Satpol PP, memberikan salam, menjelaskan duduk perkara, si ibu yang ngeyel banget dan mancing emosi, yah dipotong lah.. Tak lupa ditambah baksound yang membuat pemirsah bawaanya pingin nyumbang ajah..
Contoh fiktif 2:
Misalnya dalam pemilihan ketua Rw baru. Calon 1, gambar yang beredar di akun Instagram para warga kampung adalah: Calon 1 sedang ngupil di teras, Calon 1 sedang nguap sore-sore, Calon 1 sedang boci (bobok ciang). Sehingga muncul lah anggapan, bahwa Calon 1 adalah sosok pemalas. Sedangkan untuk calon 2, gambar yang beredar di akun IG para warga kampung adalah: Calon 2 lagi buang sampah di tempatnya, Calon 2 lagi masukin recehan ke celengan, Calon 2 sedang menyuapi anaknya. Sehingga muncul anggapan di warga kampung. Calon 2 mencintai kebersihan, gemar menabung, serta sayang anak-anak.
Quote:Quote:Intinya Framing Itu Tidak Bohong
Quote:Intinya, framing itu gak "berbohong" (katanyalah). Masyarakat aja yang demen makan mentah-mentah suapan media, tanpa mau mengolahnya. Framing itu tidak "berbohong" (katanyalah), framing itu cuman:
menyeleksi informasi
menonjolkan aspek tertentu
memilihkan kata, bunyi, gambar,
meniadakan informasi
Secara umum tujuan framing ini ada dua, untuk memenuhi kepentingan politis tertentu, atau untuk menambah jumlah viewers dan readers. Atau malah kedua-duanya.
Jadi media itu ibarat ngejual mainan yang bagian-bagian nya dijual terpisah gitu, kita sendiri yang harus melengkapinya.
Nah, kalau begini siapa yang salah ayo?
Yang salah ya, yang sampai ribut-ribut sotoy dan gak bisa jaga cangkemnya gara-gara berita.. Apalagi sampai gontok-gontokan cuman karena baru baca tanpa chrosscheck ke TKP
Quote:Quote:Jadi Siapa Dong Yang Suka Framing?
Quote:Kata Panasgan: media A, B, C noh yang sua framing! Kalau mau yang kredibel, cari di media D, E, F aja!
Kata Panasdong: media D, E, F noh yang suka framing! Kalau mau yang kredibel, cari di media A, B, C aja!
Hadeh .. mending bobok aja dah dari pada nyimak berita, biar ibadah, kerja, dan belajarnya lancar
Quote: Contoh framing dalam kehidupan suami istri:
Fakta seluruhnya: Si Abi pulang kantor jenguk kawan yang sakit 5 menit terus maen futsal 2 jam.
Umi: Bi.. dari mana, kok lama pulangnya?
Abi: Oh.. tadi habis jenguk teman sakit Mi..
Umi: Tapi kok itu bawa baju sama sepatu futsal dan keringetan gitu?
Abi:
Spoiler for Bonus Ilustrasi. Gak Usah Dibawa Terlalu Serius Yak..:
Quote:Sumber:
criticalmediareview.wordpress.com/2015/10/19/what-is-media-framing/
id.wikipedia.org/wiki/Analisis_framing
yo*tube.com/watch?v=h3ahnYM1Fy8
Quote:Quote: Reserved for komeng bermutu
Komentar dari awak media, tapi belum ane chrosscheck sih akun fiktif apa gak, hehe..
Spoiler for Open:
Pertanyaan, yang jawabannya sulit..
Spoiler for Open:
Wah.. banyak anak fikom nih komentar, ane mohon diluruskan yak kalau ada yang keliru, hehe..
Spoiler for Open:
Source: http://kask.us/igRfr |
---|